Pelajaran dari Donald Trump dan Ahok

Pelajaran dari Donald Trump dan Ahok

Donald Trump terpilih sebagai presiden Amerika mengalahkan Hillary Clinton. Terpilihnya Trump sangat mengagetkan karena Hillarylah yang diprediksi banyak pihak akan menjadi presiden Amerika. Bagaimana tidak, Trump dikenal dengan gaya politiknya yang suka menyerang dan mencaci kepada lawan politiknya dan kepada kaum imigran serta muslim.

Seorang kolumnis di CNN Haroon Moghul berkata: “Komentar-komentar Trump pada komunitas Muslim sangat menakutkan”. Misalnya saja: “Muslim tak boleh masuk ke Amerika”; “Muslim Amerika harus memiliki kartu dengan penanda khusus”. Moghul menyebut Trump dapat menumbuhkan fasisme, pandangan bahwa eksistensi kelompok lain hanya menganggu dan harus dienyahkan.

Gaya kasar dan arogan Trump yang suka menyerang dan mencaci agaknya mengingatkan gaya Ahok di tanah air. Gaya kasar dan arogan Trump dan Ahok sebenarnya antithesis dengan nilai multikultural Amerika dan Indonesia. Tak berlebihan jika seorang kolumnis di koran New York Times Ross Douthat  menulis bahwa Trump telah menciptakan perpecahan dan kebencian dalam masyarakat Amerika. Sama persis, di tanah air, akibat arogansi dan pelecehan simbol kesucian agama yang dilakukan Ahok, perpecahan antar masyarakat terasa. Kebhinekaan yang kita idamkan terancam.

Ada pelajaran penting yang bisa kita petik. Merawat kebhinekaan seharusnya dimulai dari pemimpin yang punya sensitifitas multikulural. Trump dan Ahok terbukti menciptakan kegaduhan dan pertikaian sosial dalam masyarakat karena tak memiliki sensitifitas ini. Jika tidak ditangani secara baik, ‘chaos’ dan kerusuhan sosial bisa saja terjadi. Fondasi kebangsaan yang kita bangun akan roboh.

Yang kita perlukan sebenarnya adalah pemimpin yang memiliki ‘LITERASI MULTIKULTURAL’ sehingga memiliki rasa hormat kepada kelompok lain serta memiliki toleransi terhadap simbol-simbol kesucian agama lain. Pemimpin membutuhkan sikap hormat karena ia memerlukan dukungan dari masyarakat. Bagaimana masyarakat bisa mendukung program pemimpin jika pemimpin justru menciptakan perpecahan?

Jangan kagum dengan pernyataan: “Wah Trump orangnya kasar tapi menang, Ahokpun nanti demikian”. Tiran tak bisa dijadikan model kebaikan bagi masyarakat.

Pemimpin yang penuh hormat dan penghargaan harus diperjuangkan.

Agar kebhinekaan tetap terjaga.
Agar harmoni sosial tetap terawat !

Dalam kehidupan komunitas yg penuh keragaman, kita juga bisa mengambil pelajaran. Kita bisa melihat,  kebhinekaan dan kebersamaan menjadi terganggu karena Trump dan Ahok memunculkan isu yg tak disukai kelompok lain. Sebuah perkara mungkin dapat diterima oleh sebuah kelompok, namun tak bisa diterima oleh kelompok lain. Agar kebersamaan tetap terjaga, jangan hadirkan ekslusifisme kelompok. Jangan tajamkan ego primordialisme.

Agar kekompakan terjaga, tunaikan perkara-perkara yg menjadi agenda bersama. Berpeganglah pada tali Allah. Jangan bercerai berai.

Melbourne, 11/11/2016
Oleh sahabat dari EkroMan di Melbourne dalam ngelmu.com

Silahkan bagikan:

Artikel terkait:

Add your comment Hide comment

Disqus Comments