Finhasyiyyah; Mereka yang Suka Memutar-balikkan Ayat

Finhasyiyyah; Mereka yang Suka Memutar-balikkan Ayat

Dahulu, di zaman Nabi Muhammad Saw, ada seorang lelaki yang bernama Finhash ( فِنْحَاصٌ ). Orang ini adalah salah satu tokoh intelektual kaum Yahudi yang didengarkan ucapannya dan menjadi panutan oleh kaumnya.

Mengetahui kedudukannya tersebut, Abu Bakar pun menasehatinya agar masuk Islam. Namun secara kurang ajar, dia merespon dengan kata-kata jika dikira-kira seperti ini:

“Hai Abu Bakar, Tuhanmu itu dalam Al-Qur’an itu ‘kan bilang mau pinjam uang kepada orang-orang beriman. Kalau dia pinjam uang, berarti dia miskin dong”

Maksud dari ungkapan di atas adalah bahwa Finhash menyetir ayat dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً [البقرة: 245]

Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak? (Q.S. Al-Baqarah: 245)

Ayat di atas sebenarnya sangat jelas makna dan maksudnya dalam cita rasa bahasa Arab dengan kualitas sastra tinggi, yaitu bermakna anjuran berinfak di jalan Allah. Gaya bahasa Al-Qur'an ini merupakan bahasa majas atau metafor yang sudah biasa diulas oleh ulama-ulama tafsir. Namun kemudian makna tersebut DIPUTAR BALIKKAN dengan tujuan yang hina.

Memutar balikkan kata-kata inilah sifat Finhash.

Kekurangajaran Finhash ini sampai diabadikan dalam Al-Qur’an:

لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ  [آل عمران: 181]

Artinya: "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Aku akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Aku akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar." (Q.S. Ali Imran: 181)

Rupanya, kecenderungan menyimpang dalam dien seperti Finhash ini pelan-pelan banyak menginfeksi orang, khususnya pada zaman sekarang. Secara tidak sadar, mulai banyak yang terjangkiti finhashiyyah, dan celakanya yang terkena justru banyak kalangan yang dianggap kaum intelektual dan tokoh. Namun lagi-lagi yang jadi korban selalu orang awamnya.

Diantara contoh ungkapan memutarbalikkan kata-kata yang banyak beredar di zaman sekarang adalah:

“Tuhan tidak perlu dibela, karena Dia Maha Kuasa. Bukankah Dia Raja alam semesta?”
“Islam tidak perlu dibela, karena sudah mulia. Islam itu rusak karena pemeluknya”
“Nabi Muhammad tidak perlu dibela, beliau sudah mulia. Penghinaan tidak mengurangi keagungan beliau” dsb

Sungguh, ungkapan di atas adalah pemutar balikan kata-kata. Akrobat intelektual. Mirip seperti cara argumentasi “slengekan” ketika orang mengatakan:

“Istri orang, sebenarnya adalah istri kita juga, Karena kita adalah orang”

Orang yang berpengetahuan akan mudah mengidentifikasi kebatilan ucapan tersebut, namun orang awam bisa jadi ada yang terfitnah.

Orang beriman membela Allah itu jangan dibayangkan bahwa yang dibela adalah lemah sehingga butuh perlindungan. Membela Allah adalah bahasa metafor. Maknanya adalah tidak terima penghinaan terhadap Allah, dan itu adalah bukti cinta. Allah tidak menuntut kita melindungi-Nya, tetapi menuntut kita menyembah-Nya. Aksi terpenting penyembahan kepada-Nya adalah menjadikan puncak cinta hanya kepada-Nya. Adalah cinta palsu, jika diam saja ketika yang dicintai dihinakan.

Membela Islam itu jangan dibayangkan Islam seperti makhluk hina yang perlu dilindungi. Membela Islam adalah bahasa metafor. Maknanya, menjalankan perintah Allah sebagai bentuk ketaatan untuk meninggikan kalimat-Nya.

Membela Nabi Muhammad Saw itu juga bukan karena dengan penghinaan maka keagungan beliau menjadi berkurang. Menjaga kehormatan Nabi Muhammad adalah tuntutan iman dan konsekuensi cinta kepada Allah. Dusta besar jika ada orang yang mengaku cinta Allah Swt., tetapi tidak cinta kepada nabi Muhammad Saw..

Bahasa majasi dalam Al-Qur’an itu banyak. Untuk memahaminya perlu bahasa Arab yang cukup, ilmu balaghah, pengetahuan syair jahiliyyah, dan penjelasan ulama yang otoritatif.

Contoh ayat yang sering didengar:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ [محمد: 7]
Artinya: "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Q.S. Muhammad: 7)

Betapa rusaknya jika ayat ini dipahami bahwa Allah itu lemah sehingga perlu ditolong.

Memutar balikkan kata-kata adalah sunnahnya kaum Yahudi. Firman Allah dalam Al-Qur’an:

يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ  [المائدة: 13]
Artinya: “Mereka mengubah kalimat-kalimat dari tempatnya.” (Q.S. Al-Maidah: 13)

Oleh karena itu, mari kita mewaspadai pemikiran Finhash-Finhash pada zaman sekarang yang sering memutarbalikkan makna ayat al-Qur'an agar kita tidak terjerumus pada fitnah. Wallahua’lam.

Diolahbahasankan dari penjelasan Muafa Abu Haura

Silahkan bagikan:

Artikel terkait:

Add your comment Hide comment

Disqus Comments