Perbedaan antara Mukjizat, Karamah, dan Sihir

Perbedaan antara Mukjizat, Karamah, dan Sihir

Tukang-tukang sihir, dukun, dan manusia semodel mereka seringkali memamerkan “kehebatan” mereka, kebal api atau kebal bacokan pedang. Sebagian mereka tidur di atas paku-paku tajam atau dengan bangganya memakan pecahan-pecahan kaca. Aneh memang. Televisi pun tak ketinggalan menayangkan acara-acara tersebut. Terlebih lagi, perbuatan ini kadang dianggap sebagai sebuah kesenian, budaya yang mendatangkan devisa, dan lebih menyedihkan manakala seorang yang menyatakan dirinya muslim berdecak kagum menyaksikan “kehebatan” mereka. Sepintas, fenomena aneh di hadapan kita itu mirip dengan mukjizat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam yang utuh tidak terbakar tatkala dilempar kaumnya di tengah kobaran api. Atau mukjizat nabi Musa yang tongkatnya berubah menjadi ular yang besar.

Karena kemiripan antara mukjizat dan sihir dari sisi keduanya menyelisihi adat kebiasaan dan hukum alam, maka kita perlu memahami perbedaan mendasar antara mukjizat dan sihir. Ada satu istilah lagi yang saling berselindang antara mukjizat dan sihir, yaitu karamah. Maka menjadi penting bagi kita untuk membedakan antara mukjizat, karamah, dan sihir.

Perbedaan antara Mukjizat, Karamah, dan Sihir


Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memandang suatu kelebihan yang dimiliki oleh wali Allah dengan kelebihan yang dimiliki oleh wali setan, maka disini akan kami jelaskan tentang perbedaan mukjizat, karamah dan sihir. Adapun perbedaan perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Karamah adalah pemberian dan karunia dari Allah ta’alaa kepada hamba-Nya yang terpilih dan tidak perlu adanya perngorbanan, beigtu juga halnya dengan mukjizat. Hanya saja, mukjizat khusus diberikan kepada para nabi dan rasul saja. Sedangkan sihir adalah suatu ilmu yang bisa diperoleh dengan cara dipelajari, yaitu dengan cara membiasakan ucapan atau perbuatan. Ucapan ini dapat berupa: mantra-mantra. Sedangkan dalam  hal perbuatan, dapat berupa: bertapa, puasa dengan waktu tertentu serta dengan jumlah hari tertentu pula, atau puasa dengan berpantang makan (tentunya yang menyelisihi puasa yang disyariatkan)
  2. Mukjizat dan karomah tidak akan bisa dimiliki oleh orang yang fasiq dan jahat, adapun sihir tidak muncul kecuali dari orang yang jahat
  3. Mukjizat tidak dapat dilenyapkan sedangakan sihir bisa dilenyapkan.
  4. Sihir dapat dimiliki oleh siapa saja atau kelompok manapun. Sihir juga dapat ditiru dan bisa dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu sekaligus. Sedangkan mukjizat tidak mungkin dapat ditiru oleh siapapun.
  5. Mukjizat yang dimiliki para nabi dan rasul merupakan sebuah kenyataan, dimana pada hakikatnya antara yang dzahir dan batin itu selaras dan nyata. Sedangkan sihir merupakan bagian dari hukum sebab-akibat yang dikehendaki oleh Allah ta’ala. Dalam sihir, seringkali apa yang terlihat oleh orang yang terkena sihir sangat merasakan penderitaan, tapi setelah dideteksi oleh ilmu medis, seluruh organ tubuh menunjukkan sehat dan tidak ada kelainan (Al-Furuq, Al-Qarafi 4/168-170; Fathul Bari 10/251 dan Tafsir Ahkamul Qur’an, Imam al-Qurthubi, 2/33.)

Dalil Perbedaan antara Mukjizat, Karamah, dan Sihir


Sebagai tambahan berikut dalil-dalil yang menunjukkan serta menjelaskan perbedaan antara mukjizat, karamah, dan sihir.

1. Mukjizat berasal dari Allah Swt. sebagai bentuk pemuliaan terhadap nabi dan rasul-Nya. Sedangkan sihir adalah amalan-amalan setan.

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ

“Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (al-Baqarah: 102)

2. Mukjizat mengandung tantangan yang bersifat umum bagi penentang dakwah rasul untuk menghadapi mukjizat itu, kalau memang mereka mampu.

قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَن يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (al-Isra’: 88)

Berbeda halnya dengan sihir, tidak ada seorang penyihir pun berani membuka tantangan secara umum. Apalagi saat sihir dihadapkan dengan ayat-ayat al-Qur’an dan zikir, niscaya mereka akan menuai kekalahan dan kebinasaan.

3. Mukjizat diberikan oleh Allah kepada nabi dan rasul-Nya tanpa laku/latihan tertentu, belajar, atau kaidah-kaidah yang harus senantiasa diterapkan. Adapun sihir, ilmu ini memiliki kaidah-kaidah yang bisa dipelajari setiap orang, dengan syarat dia mau menjual agamanya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ

Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.” Mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. (al-Baqarah: 102)

4. Sihir selalu bisa dikalahkan. Berbeda halnya dengan mukjizat, tidak mungkin dikalahkan.

وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ () فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ () فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانقَلَبُوا صَاغِرِينَ

Dan kami wahyukan kepada Musa, “Lemparkanlah tongkatmu!” Sekonyongkonyong tongkat itu menelan apa yang mereka sihirkan. Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. (al-A’raf: 117—119)

5. Karamah diberikan oleh Allah Swt. kepada wali-wali-Nya, seperti apa yang Dia Swt. berikan kepada Ashabul Kahfi berupa penjagaan dari kejelekan kaumnya dengan cara yang luar biasa. Mereka tidur selama 309 tahun dalam goa, seperti dikisahkan oleh al-Qur’an,

لَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا

“Mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (al-Kahfi: 25)

Referensi:
Buku “Membongkar Tipu Daya Dukun Sakti berkedok Wali” Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin, Lc. Pustaka Imam Bonjol. Jakarta 2014
http://www.darussalaf.or.id/aqidah/perbedaan-mukjizat-karamah-dan-sihir/

Silahkan bagikan:

Artikel terkait:

Add your comment Hide comment

Disqus Comments